... Ket: Diambil dari Google. (Foto: dok.Internet)

SERIAL PMI (Jilid-3): Energi Bola

Riyadh - Kali ini, saya tidak bisa menonton pertandingan Timnas secara berjamaah alias nonton bareng (Nobar). Pasalnya, jadwal pertandingan berlangsung pada jam sibuk kerja. Bahkan KBRI, yang biasanya rutin mengadakan Nobar, juga absen kali ini. Lewat unggahan media sosial, KBRI hanya berbagi status:

"Tebak skor yuk? Indonesia vs Arab Saudi hari ini, 19 November 2024, pukul 15.00. (Gada nobar di KBRI dulu ya gaes, maklum jam kerja, hehe)."

Tentu saja, tidak bisa Nobar membuat atmosfer kurang seru. Tidak ada momen melihat Teh Yara berteriak histeris penuh semangat sambil memukul-mukul benda apa pun di hadapannya. Hal ini mengingatkan pada pertandingan Timnas sebelumnya melawan Jepang pada Jumat, 15 November lalu, saat kami Nobar di sela-sela geladi resik persiapan IMD. Teh Deena pun tidak kalah hebohnya—teriakan suara cemprengnya membuat suasana ruangan menjadi ramai dan penuh semangat. Meskipun, kekalahan pahit 4-0 dari Jepang pada hari itu tetap harus kita telan dan diterima dengan lapang dada.

Namun, hari Selasa kemarin menjadi momen di mana Indonesia kembali menunjukkan taringnya. Rekan kerja saya yang orang Saudi, seorang chief accountant muda, secara tak sengaja bertemu dengan saya di lift saat kami bergegas pulang kerja. Tanpa banyak basa-basi, ia tiba-tiba berkata:
"Now we’re at the same level, whereas in the past few decades, you weren’t even in our class. It was easy to defeat Indonesia during the era of Yasser Al-Qahtani, but nowadays, our level has been downgraded."

Mendengar pernyataan tersebut, dengan perasaan yang masih membuncah karena kemenangan Timnas, saya menjawab dengan tegas: "Basically, you’re not downgraded, bro. We’re upgrading and evolving to the next level, while you’ve remained stagnant. And that’s based on statistics."

Kita boleh berbangga karena telah mengalahkan Arab Saudi, yang merupakan salah satu tim dengan standar tertinggi di Asia. Jika Indonesia sudah mampu mengalahkan tim kuat di Asia, itu artinya sepak bola Indonesia mengalami perbaikan yang signifikan.

Namun, meskipun dalam statistik sepak bola Indonesia dan Arab Saudi belumlah bisa dikatakan setara (apple to apple), perjuangan kita masih panjang. Arab Saudi telah membangun ekosistem sepak bola yang lebih maju dengan keberhasilan tampil di enam Piala Dunia, tiga kali menjuarai Piala Asia AFC, serta pengembangan liga domestik yang kini menarik perhatian global. Investasi besar-besaran dalam infrastruktur, pemain, dan pelatih membuat Arab Saudi semakin kompetitif, baik di tingkat klub maupun tim nasional.

Di sisi lain, Indonesia masih berjuang untuk meningkatkan prestasi di tingkat internasional, terutama pada level senior. Meski memiliki basis penggemar yang luar biasa dan potensi talenta muda yang besar, pencapaian Indonesia lebih banyak di tingkat usia muda, seperti gelar Piala AFF U-19 dan U-22. Kesenjangan ini menunjukkan bahwa sepak bola Indonesia membutuhkan pengelolaan yang lebih profesional, pengembangan infrastruktur, dan investasi yang konsisten untuk mendekati level Arab Saudi. Namun, dengan komitmen dan kerja keras, peluang untuk mengejar ketertinggalan tetap terbuka.

Arab Saudi, sekali lagi, memiliki sejarah yang kaya dalam dunia sepak bola, baik di tingkat domestik maupun internasional. Kompetisi domestik yang paling bergengsi, Saudi Pro League, menjadi sorotan global setelah banyak bintang dunia seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Neymar bergabung dengan klub-klub besar seperti Al-Nassr, Al-Ittihad, dan Al-Hilal. Liga ini menunjukkan pertumbuhan pesat, dengan rata-rata kehadiran penonton yang meningkat signifikan setiap musim. Dalam hal statistik, Al-Hilal adalah klub tersukses di Arab Saudi dengan gelar liga terbanyak, sementara pemain lokal seperti Sami Al-Jaber mencatatkan rekor sebagai salah satu pencetak gol terbanyak sepanjang masa. Selain itu, peran pemain muda dan akademi klub semakin diperkuat untuk mendukung regenerasi pemain nasional.

Di kancah internasional, Tim Nasional Arab Saudi (Green Falcons) telah tampil di enam Piala Dunia, dengan penampilan paling berkesan pada tahun 1994 ketika mereka mencapai babak 16 besar. Statistik lain yang menarik adalah kemenangan bersejarah mereka melawan Argentina dalam Piala Dunia 2022, yang dianggap sebagai salah satu kejutan terbesar dalam sejarah turnamen. Tim ini juga mendominasi Piala Asia AFC dengan tiga gelar juara, terakhir diraih pada tahun 1996. Dengan dukungan besar dari pemerintah dan pengembangan fasilitas modern, sepak bola Arab Saudi diproyeksikan akan terus berkembang sebagai salah satu kekuatan utama di Asia dan dunia.

Sementara di Indonesia, sepak bola yang merupakan olahraga paling populer di negeri ini, dengan ribuan klub dan jutaan penggemar yang tersebar di seluruh wilayah. Liga utama Indonesia, Liga 1, menjadi pusat perhatian para pecinta sepak bola lokal dengan persaingan ketat antara klub-klub besar seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, dan Arema FC. Dalam statistik, Persipura Jayapura merupakan salah satu klub tersukses dengan koleksi gelar terbanyak di era Liga Super Indonesia. Selain itu, dukungan suporter Indonesia sangat fenomenal, dengan komunitas seperti The Jakmania dan Viking Persib Club yang dikenal atas loyalitas dan kreativitas mereka dalam mendukung tim kesayangan.

Di tingkat internasional, Tim Nasional Indonesia masih terus berjuang untuk meraih prestasi lebih tinggi. Indonesia telah lima kali mencapai final Piala AFF, meskipun belum berhasil meraih gelar juara. Salah satu momen paling bersejarah adalah ketika Indonesia menjadi negara Asia pertama yang berlaga di Piala Dunia FIFA 1938 di bawah nama Hindia Belanda. Pemain legendaris seperti Bambang Pamungkas dan Boaz Solossa telah meninggalkan jejak yang besar dalam sepak bola nasional. Dengan bakat-bakat muda yang terus bermunculan dan upaya pengelolaan yang lebih profesional, harapan terhadap kebangkitan sepak bola Indonesia di masa depan tetap tinggi.

Berdiri Sama Tinggi, Duduk Sama Rendah
Fakta bahwa di mata Arab Saudi, Indonesia telah menunjukkan perkembangan pesat tidak bisa dianggap sepele. Kemajuan ini tidak hanya terlihat dalam aspek ekonomi dan diplomasi, tetapi juga mulai dirasakan di dunia olahraga, khususnya sepak bola. Kini, Indonesia tidak lagi dianggap sebagai lawan yang mudah dihadapi.

Atmosfer ini bukan sekadar retorika kosong. Hal tersebut juga dirasakan oleh komunitas sepak bola Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Riyadh, yang beberapa kali diundang untuk pertandingan persahabatan melawan klub-klub lokal Arab Saudi. Pertandingan-pertandingan ini bukan hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga cerminan dari pengakuan atas kemampuan yang semakin diperhitungkan.

Ajang seperti ini menunjukkan bahwa hubungan antara Indonesia dan Arab Saudi tidak lagi sekadar hubungan yang timpang, tetapi lebih kepada kemitraan yang saling menghormati. Pertandingan persahabatan tersebut menjadi simbol bahwa di lapangan hijau, Indonesia dan Arab Saudi kini berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah.

Alhamdulillah, kini Indonesia boleh sedikit lebih percaya diri. Di mata dunia, termasuk Arab Saudi, citra kita di bidang sepak bola mulai terbangun. Perlahan tapi pasti, sepak bola menjadi salah satu bagian dari identitas kita yang patut dibanggakan. Citra Indonesia tidak lagi semata-mata dikenal sebagai negara pengirim tenaga kerja wanita, tetapi juga sebagai bangsa dengan potensi dan kemampuan yang terus berkembang, baik di dalam maupun di luar lapangan.

Bismillah, Yuk Garuda Terus Terbang Setinggi-Tingginya!

Semangat ini harus terus kita jaga dan tingkatkan. Kemajuan Indonesia di berbagai bidang, termasuk olahraga, menunjukkan bahwa kita mampu bersaing dan mendapatkan pengakuan di kancah internasional. Perjalanan masih panjang, tetapi setiap langkah kecil yang kita capai adalah bukti bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa.

Mari kita dukung bersama-sama, dengan doa, kerja keras, dan kebanggaan sebagai bangsa. Garuda di dadaku, Indonesia kebanggaanku—biarkan sayap Garuda terus membentang, terbang setinggi-tingginya, membawa nama baik Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Bismillah! ?

Author : Ari Mustarinudin
20-11-2024 08:29 WAS